Minggu, 13 Januari 2013

Melamun yang Baik

".......[insert your voice and words here]"

Semua manusia yang pernah hidup pasti pernah membayangkan sesuatu. Apa yang mereka bayangkan bisa saja menyita pikiran dan hidup mereka untuk sesaat, seolah-olah mereka sedang bermimpi dengan mata terbuka.

Betapa hebatnya melamun, bayangan dalam otak yang dapat menyita dan mengubah duniamu dalam sekejap.

Seringkali sikap melamun sering dihubungkan kepada hal-hal yang 'aneh'. Apa yang kita lamunkan tidak selamanya berhubungan dengan imajinasi kita terhadap dunia kita. Dalam arti : "andai dia jadi pacarku" atau "kalau dia bersamaku di tempat ti-, eh maksudnya restoran". Yah, tentu saja tidak hanya dalam ranah itu saja. Tidak heran bahwa sikap melamun sering ditentang oleh orang karena mengurangi konsentrasi di dunia nyata. Apa yang menyebabkannya? Bisa saja karena tingkat imajinasi kita yang tinggi, dunia yang tidak sesuai dengan yang kita harapkan, atau bahkan karena bosan.

Hal ini tak terkecuali terjadi di dunia kita yang banyak mengkonsumsi kisah-kisah tertentu sehingga sekarang sudah ada istilah melamun tingkat absurd yang disebut "chuunibyo". Melamun, lalu kemudian mempraktekkannya meski bayangan sesungguhnya ada di pikiran kita. Sederhananya, ketika kita dapat memakai sapu sebagai alat terbang atau tabung paralon sebagai pedang. Hal ini masih merambah dunia nyata, bahkan tak sedikit kasus yang disebabkan oleh hal ini (melirik kasus-kasus penembakan atau tabrakan).

Lalu, apa melamun itu buruk?

Tidak selamanya buruk. Mimpi, harapan, dan impian sebenarnya kata 'baik' dari melamun. Segala doa dan tujuan hidup pasti harus kita bayangkan. Dan membayangkannya tidak jarang tidak bisa lepas dari yang namanya melamun. Selama hal tersebut dapat memotivasi kita untuk menjadi lebih baik, melamun dapat menjadi aset yang sangat berguna untuk produktivitas serta kualitas hidup kita, loh.

Contoh sederhana terjadi kepada komikus atau penulis cerita. Melamun sangat berguna untuk membayangkan kisahnya. Imajinasi tidak akan dapat berjalan dengan baik jika bukan dengan melamun. Dengan menambah kemampuan motorik untuk menuangkannya secara fisik, secara langsung mereka sudah membuat karya. Dengan kata lain, hal yang dianggap membuang waktu justru menjadi aset bagi orang-orang seperti ini. Bahkan tidak sedikit orang-orang yang mampu meraup uang hanya karena melamun.

Bahkan, tokoh terkenal seperti Isaac Newton dapat menemukan teori gravitasi karena melamun melihat apel yang jatuh dari pohonnya.

Kalau begitu, melamun yang dimaksud juga merenung?

Tentu saja, melamun yang dimaksud bukan berarti menatap kosong tanpa berpikir. Melamun seperti itu justru jauh lebih berbahaya karena kehilangan konsentrasi sekitar bahkan berpotensi kerasukan, makanya tidak boleh melamun yang benar-benar kosong. Melamun yang dimaksud adalah berpikir dan berkonsentrasi pada satu hal sampai tidak konsentrasi terhadap dunianya.

Jadi, sudah siapkah anda untuk melamun yang baik? Selamat melamun dan semoga menghasilkan karya yang lebih luar biasa ke depannya.

Awas, melamun seperti wacana. Jika tidak dilaksanakan hanya tetap lamunan.

:9

3 komentar:

  1. Sebelum tidur, biasanya gua berbaring di ranjang, menatap langit2 sambil melamun...melamun banyak hal...tentang masa depan, masa lalu, materi untuk di blog, dan masih banyak lagi...

    Dan ga jarang gua mendadak lompat dari ranjang, lari ke komputer, dan posting di Emotional Flutter... Dari melamun itulah biasanya artikel2 bagus itu lahir, hehehe...

    BalasHapus
    Balasan
    1. baguslah kalau begitu, setidaknya apa yang kita pikirkan usahakan yang positif, meski terkadang yang aneh2 pasti terlintas juga =))

      thanks for the comment~!

      Hapus
  2. yah, kalau melamunkan hal yang sekiranya memberikan manfaat, saya kira itu bagus. Tapi jangan sampai jadi tidak peka terhadap yang lain, dan mengacaukan hal yang sudah ada karena lamunan kita yang kurang irrasional /CMIIW/

    BalasHapus