Senin, 06 Juni 2011

Otaku ≠ Selfcest

nah this is not meh--

Kalo orang-orang bilang, kita ini nggak hanya freak, kita ini cuman peduli ama diri sendiri dan barang-barang yang kita suka. Apa yang ada di sekeliling kita ya dibiarin aja, selama kitanya ga dirugikan ya tidak masalah. Bahkan dunia kiamat kalau jadwal anime nggak dihentiin ga bakal peduli.

Yap, inilah pikiran orang-orang awam mengenai otaku, ga peduli dari belahan dunia mana. Mungkin kita bisa mengakui kalo kita orang yang lebih peduli sama diri sendiri daripada orang lain, tapi bukan berarti kita harus menutup diri dan kesannya menjadi self-cest, kan?



sebuah kutipan dari artikel internet mengatakan,

"If a girl reads the book they'll see that they're not the only one who is going through all the problems that come with growing up. I want them to know they're not alone"

Tahukah kalo otaku itu memiliki setiap perasaan yang kadarnya lebih tinggi dari orang dewasa, antara lain perasaan memiliki, menyayangi, menghargai, dan peduli? Dari setiap hal-hal yang mereka dapatkan dari anime-manga-game atau barang-barang yang mereka punya, dari sanalah mereka belajar tentang perasaan manusia. Otaku malah justru bisa menyerapnya jauh lebih hebat dari orang awam, makanya setiap mereka mencintai seseorang di RL, pastinya mereka akan mencintai dengan sangat dalam.

Masalahnya hanya satu, karena mereka sudah dianggap jelek makanya mereka tidak bisa mempraktekkan apa yang sudah mereka pelajari itu kepada sesamanya dan kesannya menjadi selfcest. Para otaku tentunya tidak mau mati sendirian tanpa dipedulikan oleh orang lain, kan?

Kita sebagai para otaku tentunya jangan terbawa suasana dan cap negatif itu, tapi tetaplah sesuai dengan aliran dan peduli kepada orang lain setidak-tidaknya pada sekeliling tempat kita tinggal. Begitu pula dengan orang yang memiliki kenalan atau dekat dengan seorang otaku, jangan menjauh dari dirinya, tapi tetaplah dekat dan tetap memupuk rasa peduli satu sama lain dengan mereka. Tentunya otaku juga membutuhkan yang mereka percayai dan imani agar tetap bisa hidup baik secara jasmani dan rohani.

Seperti posting di sebelumnya, hiduplah harmonis tanpa memikirkan perbedaan dan mencap bahwa orang itu seorang maniak, karena Tuhan menciptakan orang yang berbeda-beda dan itulah keindahan manusia, apalagi kalau dilalui dengan begitu harmonis.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar